PEMBELAJARAN
KUBUS DENGAN PENDEKATAN METODE PEMBELAJARAN TIMBAL BALIK (RECIPROCAL TEACHING METHOD) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR
MATEMATIKA SISWA
KELAS IX DI SMP NEGERI 24 MALANG
Kata
Kunci:
Pembelajaran, Metode Reciprocal Teaching ,
Hasil belajar.
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan
potensi dirinya untuk memiliki spiritual keagamaan/kekuatan pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan,
ahlak mulia, sert keterampilan yang
diperlukan dirinya, masyarakat dan Negara. Oleh karena itu proses pembelajaran
peserta didik harus mampu mengkonstruksi, mengolah, mengembangkan dan memanfatkan pengetahuan barunya untuk
memecahkan masalah.
Diantara pengembangan yang
dimaksud adalah masalah pembelajaran
matematika. Pengembangan pembelajaran matematika sangat dibutuhkan
karena keterkaitan penanaman konsep pada siswa yang nantinya para siswa
tersebut juga akan ikut andil dalam pengembangan matematika lebih lanjut
ataupun dalam mengaplikasikan matematika dalam kehidupan sehari-hari. Masalah
yang terjadi dalam pembelajaran matematika
adalah kurangnya pemahaman
peserta didik terhadap konsep
konsep matematika yang cendrung abstrak.
Sedangkan peserta didik belum
mengabstraksikannya dengan baik. Hal itulah yang menimbulkan anggapan
bahwa pelajaran matematika sangat sulit dan tidak menyenangkan.
Berpikir matematika merupakan
kegiatan mental yang dalam prosesnya selalu menggunakan abstarksi. Dalam proses
kegiatan pembelajarn disekolah , ditemukan dua komponen yang secara kontinuitas
atau terus menerus terlibat dalam interaksi aktif yaitu siswa dan guru.Eksistensi dari dua
komponen ini berimplikasi positif terhadap peningkatan kualitas sistem
pendidikan.
Matematika sebagai salah satu
disiplin ilmu, menjadi pendukung bagi keberadaan ilmu-ilmu yang lain. Oleh
karena itu siswa diharapkan memiliki penguasaan matematika pada tingkat
tertentu, sehingga berguna bagi siswa dalam berkompetensi di masa depan.
Matematika adalah salah satu mata pelajaran dan merupakan ilmu dasar (basic
science) yang penting baik sebagai alat bantu, sebagai pembimbing pola
pikir maupun sebagai pembentuk sikap, maka dari itu matematika diharapkan dapat
dikuasai oleh siswa di sekolah. Pembelajaran matematika akan terhambat oleh
pandangan masyarakat yang keliru tentang kemudahan dalam proses pembelajaran.
Akibatnya, mata pelajaran matematika diajarkan oleh guru yang tidak
profesional, tidak mau kreatif dalam pengembangan pembelajaran. Semua ini dapat
berakibat terhadap rendahnya motivasi dan minat siswa dalam mempelajari
matematika. Akibat lebih lanjut adalah rendahnya pencapaian hasil belajar
siswa.
Dari hasil wawancara
dengan guru mata pelajaran ada faktor yang mempengaruhi hasil belajar
siswa siswa terhadap pelajaran matematika yaitu:
1.
Siswa yang tidak mengerjakan tugas
2.
Sering ijin keluar pada saat pelajaran matematika
berlangsung
3.
Siswa yang tidak disiplin
4.
Suasana kelas yang kadang ribut
Dari hasil wawancara dengan siswa juga didapat informasi sebagai berikut:
- Pelajaran matematika membosankan
- Pelajaran matematika yang abstrak
- Pelajaran yang monoton
- Matematika identik dengan angka dan rumus
- Menjawab ia padahal materi yang dijelaskan belum dipahami
Selain itu juga peneliti
secara langsung melihat aktifitas siswa di kelas pada saat pelajaran
matematika, peneliti mengamati selama proses pelajaran berlangsung, kebanyakan
siswa kurang memperhatikan pejelasan dari guru, siswa sibuk denga aktifitasnya
sendiri . Siswa tidak mengerjakan latihan soal yang diberikan guru.
Untuk
mengatasi masalah tersebut maka perlu menghilangkan rasa ketakutan pada
pelajaran matematika dan anggapan bahwa matematika merupakan pelajaran yang
sulit, dapat ditempuh dengan penggunaan strategi mengajar dan pemilihan metode
yang tepat. Dengan demikian akan dapat tercipta suatu komunikasi sehingga
pembelajaran akan dapat efektif dan akan terwujud suatu proses yang
menghubungkan siswa dengan guru. Sehingga siswa dapat berkembang dengan baik
secara aktif dan penguasaan bahan ajar akan meningkat. Pembelajaran matematika akan
lebih bermakna dan menyenangkan, jika guru mampu menggunakan model pembelajaran
matematika yang menarik bagi peserta didik, tidak terkesan menakutkan dan
peserta didik tidak jenuh dengan pembelajaran matematika serta termotivasi
untuk belajar, karena akan sangat berpengaruh terhadap keefektifan proses
belajar guna mencapai hasil belajar siswa yang optimal. Upaya untuk mengantisipasi
masalah pembelajaran yang berkelanjutan maka perlu dicarikan metode
pembelajaran yang tepat, sehingga dapat meningkatkan keaktifan dan kemampuan
berfikir siswa dalam pembelajaran matematika. Para guru terus berusaha menyusun
dan menerapkan berbagai model yang bervariasi agar siswa tertarik dan
bersemangat dalam belajar matematika, serta tujuan pembelajaran dapat tercapai
secara optimal.
Maka peneliti menggunakan metode pembelajaran yang merangsang siswa
untuk belajar mandiri, kreatif, dan lebih aktif dalam mengikuti kegiatan
pembelajaran. Salah satu metode pembelajaran yang bisa digunakan dalam strategi
pembelajaran matematika yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk belajar
mandiri, lebih aktif, dan kreatif adalah model Reciprocal Teaching. Kelebihan dari
metode ini adalah sebagai berikut:
1.
.Merupakan
salah satu penerapan strategi pembelajaran yang memberi kesempatan kepada siswa
untuk belajar mandiri, lebih aktif, kreatif, dan motivatif.
2.
Waktu
yang dibutuhkan untuk berfikir kreatif dan inovatif lebih banyak, karena adanya
diskusi (tanya jawab) dalam memecahkan masalah.
3.
Tidak
adanya dominasi siswa yang pandai, karena semua siswa memiliki kesempatan dan
tanggung jawab yang sama dalam belajar.
4.
Siswa
akan lebih mudah memahami materi melalui diskusi/presentasi dengan temannya.
5.
Untuk
siswa untuk saling berinteraksi dengan saling berbagi ketrampilan, pengalaman,
dan pemahaman dalam belajar.
Dengan adanya
penerapan pembelajaran Reciprocal
Teaching ini, diharapkan dapat membantu siswa meningkatkan aktifitas,
kreatifitas, pengalaman, serta pemahaman konsep dalam belajar matematika.
Palinscar dan Klek
(1991) membuktikan bahwa strategi Reciprocal
Teaching dapat meningkatkan kemampuan berfikir siswa. Brown (1992) juga
membuktikan bahwa strategi Reciprocal
Teaching dapat meningkatkan kemampuan berfikir kritis dan kreatifan siswa.
Selain itu, penelitian Lysynchuk, Piessley, dan Vye (1990) membuktikan bahwa
strategi Reciprocal Teaching dapat
meningkatkan penalaran siswa (Palinscar, 2002:7).Taslimah Heni (2009)
membuktikan bahwa strategi Reciprocal
Teaching dapat meningkatkan semangat, keaktifan, dan kemampuan berfikir
kritis siswa.
Pembelajaran
Reciprocal Teaching
Reciprocal Teaching adalah strategi yang
dikembangkan Palinscar dan Brown pada tahun 1986. Straegi Reciprocal Teaching merupakan prosedur pembelajaran yang digunakan
untuk mengajarkan strategi kognitif siswa (Muslimin, 2007:2).
Strategi
Reciprocal Teaching merupakan salah
satu prosedur pembelajaran yang didasari pada pendekatan konstruktivisme
dimana: 1) pengetahuan dibangun oleh siswa secara aktif dan kritis, 2) tekanan
proses belajar terletak pada siswa, 3) tekanan pembelajaran pada proses dan
hasil belajar, 4) mengajar adalah membantu siswa belajar, dan 5) penekanan
belajar dengan cara berinteraksi agar siswa dapat saling memberi ketrampilan
dan pengalaman serta pengetahuan yang mereka miliki sebelumnya atau dalam
bentuk makna baru (Hewitt, 1995:5).
Proses
pembelajaran strategi Reciprocal Teaching didasari atas empat
prinsip, yaitu : menyusun pertanyaan (question
generating), memprediksi (predicting),
mengklarifikasi (clarifying), dan
merangkum (summarizing) (Palinscar
dan Brown, 1986:1), prinsip-prinsip tersebut secara jelasnya akan diuraikan
lebih lanjut sebagai berikut.
1. Menyusun
Pertanyaan ( Question Generating )
Kegiatan bertanya terdapat dalam
kehidupan sehari-hari dan merupakan salah satu proses berfikir siswa untuk
memperoleh infornasi. Bertanya merupakan induk dari strategi pembelajaran
kontekstual, awal dari pengetahuan, jantung dari pengetahuan, dan aspek penting
dari pembelajaran (Sanjaya, 2005:157). Bertanya dapat digunakan oleh siswa
secara aktif dan kritis untuk berfikir dalam menggali informasi serta memecahkan
persoalan yang dihadapinya dan juga digunakan untuk menganalisis ide-ide atau
gagasan yang telah mereka miliki sebelumnya.
Pertanyaan spontan yang diajukan
siswa, dapat digunakan untuk merangsang siswa dalam berdiskusi dengan siswa
lain dan dapat digunakan untuk berspekulasi dalam mencari informasi. Manfaat
pertanyaan yang disusun oleh siswa bagi guru adalah untuk mengetahui sejauh
mana rasa ingin tahu dan yang sudah diketahui siswa, memfokuskan perhatian
siswa pada sesuatu yang dikehendaki guru dan melatih siswa berfikir kritis.
Pertanyaan yang diajukan siswa untuk mengetahui rasa ingin tahu dan memperjelas
hal – hal yang kurang dipahami, dengan demikian siswa akan lebih terampil dalam
bertanya dan nantinya dapat meningkatkan sikap ilmiah siswa.
Strategi dalam penyusunan pertanyaan
memiliki dua tahap kognitif, yaitu : tahap accepting (menerima) dan tahap
challenging (menantang) (Brown dan Walton dalam Marzuqi, 2005:18). Ketika siswa
membaca informasi pada situasi yang ada, maka pada saat tersebut ia akan
melakukan tahap kognitif accepting, sedangkan pada tahap kognitif challenging
siswa akan menyusun pertanyaan (soal). Proses kognitif accepting, memungkinkan
siswa untuk menempatkan suatu informasi pada suatu jaringan struktur kognitif.
Semakin kaya proses kognitif challenging, dapat memungkinkan jaringan yang
telah ada pada diri siswa akan semakin kuat hubungannya.
Sesuai dengan pendapat diatas,
strategi atau cara menyusun pertanyaan, dapat diawali dengan proses membaca
bahan materi terlebih dahulu. Hal ini karena syarat yang harus dimiliki siswa
agar dapat membuat pertanyaan atau soal adalah kemampuan membaca, memahami
informasi yang disajikan, dan mengkomunikasikan pola pikir dalam bentuk yang
nyata baik secara lisan maupun tulisan.
2. Memprediksi
( Predicting )
Kegiatan memprediksi atau menjawab
pertanyaan dapat melatih siswa untuk berfikir kritis dalam mengambil keputusan,
dimana pengetahuan siswa akan menjadi sangat bermakna bila pengetahuan yang
telah dibentuk dapat diaplikasikan pada
berbagai situasi yang dihadapinya (Slavin dalam Susanto, 2007:14). Kemampuan
memprediksi siswa dapat diukur dari kesesuaian jawaban yang diajukan dengan
rumusan pertanyaan, kerelevanan dengan prinsip dasar konsep yang dipelajarinya,
dan dapat dilihat dari rumusan atau susunan bahasanya.
Kemampuan siswa dalam memprediksi
tergantung pada kemampuan siswa dalam memahami bacaan, yang merupakan langkah
awal dari kegiatan strategi reciprocal
teaching (Palinscar, 2002:5). Selain itu siswa juga harus menguasai pengetahuan
yang telah dipelajari sebelumnya, kemudian diterapkan dalam situasi baru agar
pengetahuannya menjadi lebih bermakna. Siswa yang telah siap dalam belajar akan
dapat melakukan kegiatan belajar lebih mudah, cepat, dan akan lebih berhasil.
Faktor-faktor kesiapan tersebut berkaitan erat dengan masalah kematangan dalam
memahami sesuatu, minat, kebutuhan, dan tugas perkembangan lainnya.
3. Mengklarifikasi
( clarifying )
Kegiatan mengklarifikasi merupakan
kegiatan yang penting dalam suatu pembelajaran untuk mengidentifikasi informasi
dan memecahkan masalah yang dihadapi. Kegiatan mengklarifikasi dapat
meningkatkan motivasi siswa untuk mempelajari kembali materi yang belum
dipahami, baik dari sumber – sumber lain yang relevan atau bersandar dengan
anggota kelompok yang lain dan juga guru, sehingga siswa menemukan bukti untuk
memecahkan permasalahan (Muslimin, 2007:4).
Kegiatan mengklarifikasi jawaban
dapat memberikan informasi tentang kinerja dan kemampuan berfikir kritis siswa,
apabila dari hasil prediksi menunjukkan jawaban siswa hanya sebagian saja yang
benar, maka siswa akan mencoba merevisi kembali pemahamannya dengan berbagai
cara, seperti berdiskusi dan membaca sumber – sumber yang relevan. Namun, dalam
kegiatan ini dapat dipengaruhi oleh keaktifan dan kemampuan siswa memahami dan
mencari sumber-sumber bacaan atau informasi. Kemampuan siswa dalam
mengklarifikasi jawaban dapat diukur dari respon atau tanggapan siswa terhadap
kesalahan yang dapat dilakukan dengan menandai kemudian merevisi atau menambah
jawaban dengan berpedoman pada prinsip dasar konsep yang dipelajarinya.
4. Merangkum
( Summarizing )
Kegiatan merangkum merupakan suatu
peoses berfikir kritis dalam mengolah informasi-informasi yang penting dalam
sebuah bacaan (Indrayani dalam Dewi, 2007:20). Proses penyusunan dilakukan
dengan membaca dan menggali sumber – sumber yang relevan, mengingat,
memunculkan serta menghubungkan ide-ide, mengevaluasi, dan merevisi kembali apa
yang telah mereka tulis agar tulisan lebih bermakna.
Mempublikasikan rangkuman kegiatan
presentasi maupun diserahkan kepada guru untuk dinilai merupakan kegiatan yang
sangat penting. Karena pada kegiatan tersebut siswa memperoleh masukan mengenai
hasil rangkumannya yang telah disusunnya.
Pembelajaran menulis terpadu atau
kegiatan merangkum memiliki beberapa keuntungan, yaitu : (1) dapat
mengembangkan aspek berfikir; meliputi : pengamatan, pengklarifikasian
pemecahan masalah, pembuatan hipotesis, pengabstrakan, penggeneralisasian,
perefleksian, evaluasi, berfikir divergen, serta dapat berfikir kreatif dan
kritis, (2) mengembangkan kualitas pribadi. Kualitas pribadi yang dimaksud
adalah kreatif, mempunyai rasa ingin tahu yang besar, berani mengambil resiko.
Selalu merasa tertantang untuk mengatasi masalah-masalah dalam situasi-situasi
dan tugas-tugas yang sulit, mempunyai sikap menghargai diri sendiri dan orang
lain, tekun, aktif, mandiri, dan mampu berpartisipasi dalam kelompok diskusi.
Prinsip – prinsip kegiatan
pembelajaran Reciprocal Teaching diatas, merupakan turunan pembelajaran pendekatan
konstruktivisme (Palinscar dan Brown, 1986:7). Pertama memberi kesempatan kepada siswa untuk mempelajari topic
(membaca dan merangkum). Kedua,
membantu siswa mengungkapkan idenya secara jelas dengan cara menyusun
pertanyaan. Ketiga, mengklarifikasi,
membangun, dan mengevaluasi ide. Keempat,
mereview ide yang diungkapkan siswa, hal ini terjadi bila aplikasi pengetahuan
pada situasi yang dihadapinya tidak sesuai, siswa perlu merevisinya dengan
menambah atau mengubahnya menjadi lengkap, baik dilakukan secara mandiri maupun
kooperatif.
Pembahasan
Metode pembelajaran timbal balik
(Reciprocal teaching) adalah metode
belajar melalui kegiatan mengajarkan teman. Pada motode ini, siswa mempunyai
peran sebagai “ guru”. Dimana siswa ditugaskan untuk mengantikan peran guru
sebagai pengajar. Sementara itu, guru guru lebih berperan sebagai model yang
menjadi contoh dan fasilitator yang memberi kemudahan, motivasi dan bimbingan
terhadap siswa. Prinsip metode reciprocal
teaching adalah metode pembelajaran
yang menerapkan empat strategi pemahaman mandiri, yaitu menyusun pertanyaan
( question generating), mempredeksi ( predicting), mengklrifikasi (clarifying), dan merangkum ( summarizing) ( Paliscar dan Brown, 1986:
5).
Pembelajaran kubus dengan metode reciprocal teaching merupakan salah satu
penerapan strategi pembelajaran yang memberi kesempatn kepada siswa untuk lebih
aktif dalam belajar mandiri, lebih komunikatif dalam mengemukakan ide-ide dan
pendapatnya, lebih kreatif dalam mengembangkan pertanyaan, memprediksi dan
mengklarifikasi, serta merengkum suatu materi (Heni Taslimah, 2010).
Pelaksanaan
kegiatan pembelajaan pada penelitian ini dilakukan secara bertahap, yaitu :
tahap awal, tahap inti, dan tahap akhir. Pada tahap awal, langkah yang
dilakukan peneliti untuk mempersiapkan kondisi
dan mental siswa adalah dengan menyampaikan tujuan pembelajaran dan
melakukan apersepsi dengan mengali pengetahuan parsyarat. Tujuan pemebelajaran
disampaikan siswa untuk memberikan informasi kepada siswa tentang materi yang
akan dipelajari (http:/educare.e-fkipunla.net generatet: 12 Oktober 2011,
10:58). Peneliti juga menyampaikan langka-langka pelaksanaan pembelajaran
dengan metode reciprocal teaching
kepada siswa untuk mengarakan proses belajar siswa, sehingga dapat dilaksanakan
secara optimal.
Pembelajaran dengn metode reciprocal teaching belum bisa dilakukan oleh guru. Siswa juga
belum akrab dengan stratgi ini. Oleh karena itu, jika seseorang guru akan
menerapkan pembelajaran rcipocal teaching
method perlu memperkenalkannya terlebih dahulu kepada siswa. Untuk
memperkenalkan reciprocal teaching method kepada siswa, guru dapat memulai
dengnmemberkan informasi-informasi tentang pembelajaran dengan reciprocal teaching method.
Berikut ini adalah saran dari
Palinscar 1987 (dalam Muslimin, 2007:3) tentang scenario bagaimana seseorang
guru memperkanalkan metode reciprocal
teaching kepada siswa. Berikut ini adalah scenarionya.
Contoh
skenario pengenalan pembelajaran metode reciprocal
teaching matei kubus kepada siswa :
Anak anak… saya lihat anda pasif dan kaku kalau guru
yang menjelaskan materi di depan kelas.
Untuk pertemuan hari ini saya akan memperkenalkan suatu metode pembelajaran
yang bisa membantu anda untuk meningkatkan kemampuan kalian semua dalam
memahami materi. Nah.. untuk materi yang akan kita bahas adalah kubus.Biasanya
kita sulit untuk mengenal suatu bangun ruang beserta unsur-unsurnya dan tidak
mudah untuk menemukan luas permukaan dan
volume suatu bangun ruang. Untuk memudahkan kita memahami materi tersebut, kita
akan mempelajari suatu cara agar kita dapat lebih cepat dan memahami dan
memberikan perhatian tehadap apa yang kita pelajari. Saya akan mengajarkan
kepada kalian semua, bagaimana strategi belajar yang efetif dan menyenangkan
agar kalaian semua mudah dan memahami materi pelajaran pada saat kalian
belajar. Stratetegi itu dinamakan dengan metode reciprocal teaching .
Berikut ini adalah langka-langkah metode reciprocal teaching :
a)
Memikirkan
pertanyaan penting yang dapat ditanyakan dari apa yang anda pelajari.
b)
Membuat
rangkuman penting dari materi yang telah anda pelajari.
c)
Memprediksi
apa yang akan dibahas oleh selanjutnya .
d)
Mencatat
apabila ada hal-hal yang kurang jelas
dari materi yag telah anda
pelajari
Bagaimana
cara anda mempelajari empat hal diatas?.. caranya anda menjadi guru bagi
teman-teman anda dan anda berdiri di
depan kelas untuk menjelaskn materi kubus. Apabila anda menjadi guru pertama
anda mengajukan pertanyaan yang telah anda buat, teman-teman anda akan
menjawab. Sambil menjelaskan, anda mengiktisarkan informasi penting yang anda peroleh. Apabila
anda menemukan materi yang tidak dimengerti,maka akan ada timbale balik dan
anda kembali bertanya kepada teman-teman anda.
Diatas
adalah contoh skenario pembelajaran dengan metode reciprocal teaching, kegiatan ini dilakukan peneliti pada pertemuan pertama sebelum
siswa menggunakan metode tersebut.
Selanjutnya peneliti memasuki
tahap inti. Pada tahap ini melakuan tanya jawab dengan siswa untuk mengetahui
pemahaman siswa terhadap materi prasayarat. Dalam hal ini materi prasayarat
yaitu kubus yang telah dipelajari di SD. Setelah yakin dengan pemahaman siswa
terhadap materi prasayarat, maka selanjutnya peneliti menerapkan metode reciprocal teaching .
PERAN GURU
Peran guru selama kegiatan berlangsung adalah
sebagai berikut :
1.
Guru
memberikan kesempatan kepada siswa untuk mempresentasikan materi di depan kelas
2.
Guru
memberikan motivasi dan membimbing siswa dalam kegiatan belajar mengajar. Hal
ini sesuai dengan pendapat Muslimin yang mengemukakan bahwa dalam penerapan metode reciprocal teaching guru lebih berperan sebagai fasilitator, model
yang menjadi contoh yang memberi kemudahan, memotivasi dan membimbing.
3.
Guru
memberi kesempatan kepada siswa untuk saling berinteraksi dengan berbagi keterampilan, pemahaman, dalam belajar materi kubus.
4.
Guru
membimbing siswa dalam penyelesaian soal soal
Sedangkan peran siswa adalah sebagai berikut:
1.
Siswa
belajar mandiri dan aktif dalam pembelajaran berlangsung
2.
Siswa
harus siap mempresentasikan materi kuus di depan kelas
3.
Siswa
saling berinteraksi dengan berbagi
keterampilan, pemahaman, dalam belajar
materi kubus.
4.
Aktif
dalam mengerjakan soal soal
Setelah
tahap inti selesai peneliti melanjutkan
pada tahap akhir. Pada tahap ini peneliti mengevaluasi matri yang telah
dijelaskn oleh siswa. Peneliti juga mengevaluasi hasil karya siswa selama
pembelajaran berlangsung. Setelah itu peneliti mengadakan pos tes juga
digunakan untuk mengidentifikasi kesulitan yang dihadapi siswa. Hasil tes
kemudian dianalisis berdasarkan standar
ketuntasan belajar. Siswa dikatakan berhasil apabila melebihi standar
ketuntasan belajar 65. Apabila ada siswa yang belum memenhi standar ketuntasan
belajar maka diadakan remedial.
Berdasarkan penemuan dari
peneliti maka dapat dikatakan respon siswa terhadap pembelajaran kubus dengan
metode reciprocal teacing cukup
baik. metode reciprocal teaching mempengaruhi keterampilan komunikasi siswa,
motivasi, dan hasil belajar siswa .
1.
Pengaruh metode reciprocal
teaching terhadap keterampilan komunikasi
Metode belajar melalui kegiatan yang mengajarkan teman membuat
siswa harus belajar berkomunikasi dengan baik, ketika siswa
diberi kesempatan untuk mempresentasikan materi di depan kelas maka ia harus
mempersiapkan diri
2.
Pengaruh
metode reciprocal teaching terhadap motivasi belajar siswa
Pada pembelajaran dengan metode reciprocal
teaching siswa dibimbing untuk aktif mencari informs informasi penting yang
dilakukan untuk menjawab pertanyaan,
memprediksi, mengklarifikasi, dan merangkum materii.
3.
Pengaruh
metode reciprocal teaching terhadap
hasil belajar belajar kognitif siswa. Selama kegiatan belajar mengajar siswa
membuat rangkuman, jadi dilatih untuk
menemukan ide ide pokok didalam materi
dan ini merupakan keterampilan penting dalam belajar.
Hasil
Belajar
Hasil
belajar merupakan perubahan perilaku yang diperoleh siswa setelah mengalami
aktivitas belajar. Perolehan aspek–aspek perubahan perilaku tersebut tergantung
pada apa yang dipelajari oleh siswa Hasil belajar juga merupakan suatu puncak proses belajar (Dimyati dan Mujiono,2002:20).
Sedangkan belajar itu sendiri adlah proses kognitif yang mengubah sifat stimulus lingkungan,
melewati pengolahan informasi menjadi
kapabilitas baru (Dimyati dan Mujiono, 2002 :10). Semua hasil belajar merupakan
bahan yang berharga bagi guru dan siswa. Bagi guru
hasil belajar siswa dikelasnya
berguna untuk melakukan perbaikan
tindak mengajar dan evaluasi. Bagi siswa hasil belajar berguna untuk memperbaiki cara cara belajar
lebih lanjut. Hasil belajar dapat dipengaruhi oleh faktor intrinsik dan faktor
ekstrinsik. Faktor intrinsik adalah faktor yang berasal dari dalam diri siswa
yang meliputi :kematangan, cara belajar, sikap, intelektual, dan adaptasi
terhadap lingkungan. Sedanglan faktor ekstrinsik adalah faktor yang berasal dari luar diri siswa yang
meliputi : bahan belajar, metode belajar, dan sarana belajar.
Hasil belajar
terdiri dari tiga ranah yaitu : ranah
kognitif, ranah afektif, dan ranah
psikomotorik (Bloom dkk dalam Dimyati, 2004,26). Dalam penelitian, hasil
belajar yang diukur adalah ranah kognitif. Karena ranah kognitif bersangkutan
dengan kemampuan siswa dalam pengetahuan, pemahaman, penetapan, analisis,
sintesis, dan evaluasi.
1.
Pengetahuan, mencakup kemampuan ingatan tentang hal yang
telah dipelajari dan tersimpan dalam ingatan. Pengetahuan berkanaan dengan
fakta, peristiwa, pengertian, kaidah, teori, prinsip dan metode.
2.
Pemahaman, mencakup kemampuan menangkap arti dan makna
tentang hal yang dipelajari.
3.
Penerapan, mencakup kemampuan menerapkan metode dan kaidah
untuk menghadapi masalah yang nayata dan baru. Misalnya menggunakan prinsip.
4.
Analisis, mencakup kemampuan merinci suatau kesatuan kedalam
bagian-bagian sehingga struktur keseluruhan dapat dipahami dengan baik.
Misalnya: mengurangi masalah menjadi bagian yang lebih kecil.
5.
Sintesis, mencakup kemampuan membentuk suatu pola baru.
Misalnya: kemampuan menyususn suatu program kerja.
6.
Evaluasi, mencakup kemampuan membentuk pendapat tentang
beberapa hal berdasarkan kriteria tertentu. Misalnya: kemampuan menilai hasil
karangan.
Berdasarkan
perancangan pembelajaran yang memperhatikan faktor-faktor di atas, diharapkan
hasil belajar siswa akan meningkat. Guru hendaknya menyusun aktivitas menarik
yang berorientasi pada keaktifan dan kreativitas siswa baik dalam belajar
maupun dalam menyelesaikan masalah. Dengan demikian hasil belajar siswa akan
mengalami peningkatan.
KESIMPULAN
Melihat data-data pada bab III
dan bab IV, maka pembelajaran kubus
dengan metode reciprocal teaching
dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas IX SMP N 24 Malang. Peneliti dapat
menyimpulkan bahwa Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang disajikan
di dalam BAB IV, dapat ditarik kesimpulannya: Ada peningkatan aktivitas dan
hasil belajar siswa Kelas IX SMP Negeri 24 Malang melalui model pembelajaran
timbal balik (reciprocal teaching)
hal ini dapat dilihat dari adanya peningkatan dari aktivitas dan hasil belajar
dari siklus I ke siklus II. Aktivitas siswa pada siklus I 68,75% dan sesudah
siklus II meningkat menjadi 75% sedangkan hasil belajar siswa pada siklus I
diperoleh nilai rata-rata 91,72 dengan ketuntasan belajar pada siklus II
meningkat, dengan nilai rata-rata 92,21.
DAFTAR RUJUKAN
Arikunto, Suharsini.2008. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta : PT
Bumi Aksara
Hewitt,G.1995.
Reciprocal Teaching: Toward Student
Autonomy in Reading,(Online), (http://www.greenwood.html, diakses 17
April 2008)
Muslimin.2007.
Reciprocal teaching Sebagai Strategi
Pembelajaran, (Online), (http://www.kpicenter.org.html, diakses 22 Maret
2008)
Palinscar,
A.S. 2002. Reciprocal Teaching,
(Online), (http://www.Sdcoe.us/promosing/tips/rec.html, diakses 17 April
2008)
Palinscar,A.S.
& Brown, A. 1986. Reciprocal Teaching,
(Online), (http://www.ncrel.org/sdrs/html, diakses 21 April
2008)
Rochiati.
2006. Metode Penelitian Tindakan Kelas.
Bandung: PT. Remaja Rosdakarya
PEMBELAJARAN
KUBUS DENGAN PENDEKATAN METODE PEMBELAJARAN TIMBAL BALIK (RECIPROCAL TEACHING METHOD) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR
MATEMATIKA SISWA
KELAS IX DI SMP NEGERI 24 MALANG