Minggu, 16 Desember 2012

artikel pembelajaran kubus

PEMBELAJARAN KUBUS DENGAN PENDEKATAN METODE PEMBELAJARAN TIMBAL BALIK (RECIPROCAL TEACHING METHOD) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA                                                     SISWA KELAS IX DI SMP NEGERI 24 MALANG



Kata Kunci: Pembelajaran, Metode Reciprocal Teaching , Hasil belajar.
 Pendidikan adalah usaha  sadar dan terencana  untuk mewujudkan suasana belajar  dan proses pembelajaran  agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki spiritual keagamaan/kekuatan  pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, ahlak mulia, sert keterampilan  yang diperlukan dirinya, masyarakat dan Negara. Oleh karena itu proses pembelajaran peserta didik harus mampu mengkonstruksi, mengolah, mengembangkan  dan memanfatkan pengetahuan barunya untuk memecahkan masalah.
Diantara pengembangan yang dimaksud adalah masalah pembelajaran  matematika. Pengembangan pembelajaran matematika sangat dibutuhkan karena keterkaitan penanaman konsep pada siswa yang nantinya para siswa tersebut juga akan ikut andil dalam pengembangan matematika lebih lanjut ataupun dalam mengaplikasikan matematika dalam kehidupan sehari-hari. Masalah yang terjadi dalam pembelajaran matematika  adalah kurangnya pemahaman  peserta didik  terhadap konsep konsep  matematika yang cendrung abstrak. Sedangkan peserta didik  belum mengabstraksikannya dengan baik. Hal itulah yang menimbulkan  anggapan  bahwa pelajaran matematika sangat sulit dan  tidak menyenangkan.




Berpikir matematika merupakan kegiatan mental yang dalam prosesnya selalu menggunakan abstarksi. Dalam proses kegiatan pembelajarn disekolah , ditemukan dua komponen yang secara kontinuitas atau terus menerus terlibat dalam interaksi aktif  yaitu siswa dan guru.Eksistensi dari dua komponen ini berimplikasi positif terhadap peningkatan kualitas sistem pendidikan.
Matematika sebagai salah satu disiplin ilmu, menjadi pendukung bagi keberadaan ilmu-ilmu yang lain. Oleh karena itu siswa diharapkan memiliki penguasaan matematika pada tingkat tertentu, sehingga berguna bagi siswa dalam berkompetensi di masa depan. Matematika adalah salah satu mata pelajaran dan merupakan ilmu dasar (basic science) yang penting baik sebagai alat bantu, sebagai pembimbing pola pikir maupun sebagai pembentuk sikap, maka dari itu matematika diharapkan dapat dikuasai oleh siswa di sekolah. Pembelajaran matematika akan terhambat oleh pandangan masyarakat yang keliru tentang kemudahan dalam proses pembelajaran. Akibatnya, mata pelajaran matematika diajarkan oleh guru yang tidak profesional, tidak mau kreatif dalam pengembangan pembelajaran. Semua ini dapat berakibat terhadap rendahnya motivasi dan minat siswa dalam mempelajari matematika. Akibat lebih lanjut adalah rendahnya pencapaian hasil belajar siswa.
Dari hasil wawancara dengan  guru  mata pelajaran  ada faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa siswa terhadap pelajaran matematika yaitu:
1.      Siswa yang tidak mengerjakan tugas
2.      Sering ijin keluar pada saat pelajaran matematika berlangsung
3.      Siswa yang tidak disiplin
4.      Suasana kelas yang kadang ribut
Dari hasil wawancara dengan siswa  juga didapat informasi sebagai berikut:
  1. Pelajaran matematika membosankan
  2. Pelajaran matematika yang abstrak
  3. Pelajaran yang monoton
  4. Matematika identik dengan angka dan rumus
  5. Menjawab ia padahal materi yang dijelaskan belum dipahami
Selain itu juga  peneliti  secara langsung melihat aktifitas siswa di kelas pada saat pelajaran matematika, peneliti mengamati selama proses pelajaran berlangsung, kebanyakan siswa kurang memperhatikan pejelasan dari guru, siswa sibuk denga aktifitasnya sendiri . Siswa tidak mengerjakan latihan soal yang diberikan guru.
Untuk mengatasi masalah tersebut maka perlu menghilangkan rasa ketakutan pada pelajaran matematika dan anggapan bahwa matematika merupakan pelajaran yang sulit, dapat ditempuh dengan penggunaan strategi mengajar dan pemilihan metode yang tepat. Dengan demikian akan dapat tercipta suatu komunikasi sehingga pembelajaran akan dapat efektif dan akan terwujud suatu proses yang menghubungkan siswa dengan guru. Sehingga siswa dapat berkembang dengan baik secara aktif dan penguasaan bahan ajar akan meningkat. Pembelajaran matematika akan lebih bermakna dan menyenangkan, jika guru mampu menggunakan model pembelajaran matematika yang menarik bagi peserta didik, tidak terkesan menakutkan dan peserta didik tidak jenuh dengan pembelajaran matematika serta termotivasi untuk belajar, karena akan sangat berpengaruh terhadap keefektifan proses belajar guna mencapai hasil belajar siswa yang optimal. Upaya untuk mengantisipasi masalah pembelajaran yang berkelanjutan maka perlu dicarikan metode pembelajaran yang tepat, sehingga dapat meningkatkan keaktifan dan kemampuan berfikir siswa dalam pembelajaran matematika. Para guru terus berusaha menyusun dan menerapkan berbagai model yang bervariasi agar siswa tertarik dan bersemangat dalam belajar matematika, serta tujuan pembelajaran dapat tercapai secara optimal.
            Maka peneliti menggunakan  metode pembelajaran yang merangsang siswa untuk belajar mandiri, kreatif, dan lebih aktif dalam mengikuti kegiatan pembelajaran. Salah satu metode pembelajaran yang bisa digunakan dalam strategi pembelajaran matematika yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk belajar mandiri, lebih aktif, dan kreatif adalah model Reciprocal Teaching. Kelebihan  dari metode ini adalah sebagai berikut:
1.      .Merupakan salah satu penerapan strategi pembelajaran yang memberi kesempatan kepada siswa untuk belajar mandiri, lebih aktif, kreatif, dan motivatif.
2.      Waktu yang dibutuhkan untuk berfikir kreatif dan inovatif lebih banyak, karena adanya diskusi (tanya jawab) dalam memecahkan masalah.
3.      Tidak adanya dominasi siswa yang pandai, karena semua siswa memiliki kesempatan dan tanggung jawab yang sama dalam belajar.
4.      Siswa akan lebih mudah memahami materi melalui diskusi/presentasi dengan temannya.
5.      Untuk siswa untuk saling berinteraksi dengan saling berbagi ketrampilan, pengalaman, dan pemahaman dalam belajar.
Dengan adanya penerapan pembelajaran Reciprocal Teaching ini, diharapkan dapat membantu siswa meningkatkan aktifitas, kreatifitas, pengalaman, serta pemahaman konsep dalam belajar matematika.
Palinscar dan Klek (1991) membuktikan bahwa strategi Reciprocal Teaching dapat meningkatkan kemampuan berfikir siswa. Brown (1992) juga membuktikan bahwa strategi Reciprocal Teaching dapat meningkatkan kemampuan berfikir kritis dan kreatifan siswa. Selain itu, penelitian Lysynchuk, Piessley, dan Vye (1990) membuktikan bahwa strategi Reciprocal Teaching dapat meningkatkan penalaran siswa (Palinscar, 2002:7).Taslimah Heni (2009) membuktikan bahwa strategi Reciprocal Teaching dapat meningkatkan semangat, keaktifan, dan kemampuan berfikir kritis siswa.

Pembelajaran Reciprocal Teaching
            Reciprocal Teaching adalah strategi yang dikembangkan Palinscar dan Brown pada tahun 1986.  Straegi Reciprocal Teaching merupakan prosedur pembelajaran yang digunakan untuk mengajarkan strategi kognitif siswa (Muslimin, 2007:2).
            Strategi Reciprocal Teaching merupakan salah satu prosedur pembelajaran yang didasari pada pendekatan konstruktivisme dimana: 1) pengetahuan dibangun oleh siswa secara aktif dan kritis, 2) tekanan proses belajar terletak pada siswa, 3) tekanan pembelajaran pada proses dan hasil belajar, 4) mengajar adalah membantu siswa belajar, dan 5) penekanan belajar dengan cara berinteraksi agar siswa dapat saling memberi ketrampilan dan pengalaman serta pengetahuan yang mereka miliki sebelumnya atau dalam bentuk makna baru (Hewitt, 1995:5).

            Proses pembelajaran strategi  Reciprocal Teaching didasari atas empat prinsip, yaitu : menyusun pertanyaan (question generating), memprediksi (predicting), mengklarifikasi (clarifying), dan merangkum (summarizing) (Palinscar dan Brown, 1986:1), prinsip-prinsip tersebut secara jelasnya akan diuraikan lebih lanjut sebagai berikut.


1.      Menyusun Pertanyaan ( Question Generating )
           Kegiatan bertanya terdapat dalam kehidupan sehari-hari dan merupakan salah satu proses berfikir siswa untuk memperoleh infornasi. Bertanya merupakan induk dari strategi pembelajaran kontekstual, awal dari pengetahuan, jantung dari pengetahuan, dan aspek penting dari pembelajaran (Sanjaya, 2005:157). Bertanya dapat digunakan oleh siswa secara aktif dan kritis untuk berfikir dalam menggali informasi serta memecahkan persoalan yang dihadapinya dan juga digunakan untuk menganalisis ide-ide atau gagasan yang telah mereka miliki sebelumnya.
           Pertanyaan spontan yang diajukan siswa, dapat digunakan untuk merangsang siswa dalam berdiskusi dengan siswa lain dan dapat digunakan untuk berspekulasi dalam mencari informasi. Manfaat pertanyaan yang disusun oleh siswa bagi guru adalah untuk mengetahui sejauh mana rasa ingin tahu dan yang sudah diketahui siswa, memfokuskan perhatian siswa pada sesuatu yang dikehendaki guru dan melatih siswa berfikir kritis. Pertanyaan yang diajukan siswa untuk mengetahui rasa ingin tahu dan memperjelas hal – hal yang kurang dipahami, dengan demikian siswa akan lebih terampil dalam bertanya dan nantinya dapat meningkatkan sikap ilmiah siswa.
           Strategi dalam penyusunan pertanyaan memiliki dua tahap kognitif, yaitu : tahap accepting (menerima) dan tahap challenging (menantang) (Brown dan Walton dalam Marzuqi, 2005:18). Ketika siswa membaca informasi pada situasi yang ada, maka pada saat tersebut ia akan melakukan tahap kognitif accepting, sedangkan pada tahap kognitif challenging siswa akan menyusun pertanyaan (soal). Proses kognitif accepting, memungkinkan siswa untuk menempatkan suatu informasi pada suatu jaringan struktur kognitif. Semakin kaya proses kognitif challenging, dapat memungkinkan jaringan yang telah ada pada diri siswa akan semakin kuat hubungannya.
           Sesuai dengan pendapat diatas, strategi atau cara menyusun pertanyaan, dapat diawali dengan proses membaca bahan materi terlebih dahulu. Hal ini karena syarat yang harus dimiliki siswa agar dapat membuat pertanyaan atau soal adalah kemampuan membaca, memahami informasi yang disajikan, dan mengkomunikasikan pola pikir dalam bentuk yang nyata baik secara lisan maupun tulisan.

2.      Memprediksi ( Predicting )
           Kegiatan memprediksi atau menjawab pertanyaan dapat melatih siswa untuk berfikir kritis dalam mengambil keputusan, dimana pengetahuan siswa akan menjadi sangat bermakna bila pengetahuan yang telah dibentuk dapat diaplikasikan  pada berbagai situasi yang dihadapinya (Slavin dalam Susanto, 2007:14). Kemampuan memprediksi siswa dapat diukur dari kesesuaian jawaban yang diajukan dengan rumusan pertanyaan, kerelevanan dengan prinsip dasar konsep yang dipelajarinya, dan dapat dilihat dari rumusan atau susunan bahasanya.
           Kemampuan siswa dalam memprediksi tergantung pada kemampuan siswa dalam memahami bacaan, yang merupakan langkah awal dari kegiatan strategi reciprocal teaching (Palinscar, 2002:5). Selain itu siswa juga harus menguasai pengetahuan yang telah dipelajari sebelumnya, kemudian diterapkan dalam situasi baru agar pengetahuannya menjadi lebih bermakna. Siswa yang telah siap dalam belajar akan dapat melakukan kegiatan belajar lebih mudah, cepat, dan akan lebih berhasil. Faktor-faktor kesiapan tersebut berkaitan erat dengan masalah kematangan dalam memahami sesuatu, minat, kebutuhan, dan tugas perkembangan lainnya.

3.      Mengklarifikasi ( clarifying )
           Kegiatan mengklarifikasi merupakan kegiatan yang penting dalam suatu pembelajaran untuk mengidentifikasi informasi dan memecahkan masalah yang dihadapi. Kegiatan mengklarifikasi dapat meningkatkan motivasi siswa untuk mempelajari kembali materi yang belum dipahami, baik dari sumber – sumber lain yang relevan atau bersandar dengan anggota kelompok yang lain dan juga guru, sehingga siswa menemukan bukti untuk memecahkan permasalahan (Muslimin, 2007:4).
           Kegiatan mengklarifikasi jawaban dapat memberikan informasi tentang kinerja dan kemampuan berfikir kritis siswa, apabila dari hasil prediksi menunjukkan jawaban siswa hanya sebagian saja yang benar, maka siswa akan mencoba merevisi kembali pemahamannya dengan berbagai cara, seperti berdiskusi dan membaca sumber – sumber yang relevan. Namun, dalam kegiatan ini dapat dipengaruhi oleh keaktifan dan kemampuan siswa memahami dan mencari sumber-sumber bacaan atau informasi. Kemampuan siswa dalam mengklarifikasi jawaban dapat diukur dari respon atau tanggapan siswa terhadap kesalahan yang dapat dilakukan dengan menandai kemudian merevisi atau menambah jawaban dengan berpedoman pada prinsip dasar konsep yang dipelajarinya.

4.      Merangkum ( Summarizing )
           Kegiatan merangkum merupakan suatu peoses berfikir kritis dalam mengolah informasi-informasi yang penting dalam sebuah bacaan (Indrayani dalam Dewi, 2007:20). Proses penyusunan dilakukan dengan membaca dan menggali sumber – sumber yang relevan, mengingat, memunculkan serta menghubungkan ide-ide, mengevaluasi, dan merevisi kembali apa yang telah mereka tulis agar tulisan lebih bermakna.
           Mempublikasikan rangkuman kegiatan presentasi maupun diserahkan kepada guru untuk dinilai merupakan kegiatan yang sangat penting. Karena pada kegiatan tersebut siswa memperoleh masukan mengenai hasil rangkumannya yang telah disusunnya.
           Pembelajaran menulis terpadu atau kegiatan merangkum memiliki beberapa keuntungan, yaitu : (1) dapat mengembangkan aspek berfikir; meliputi : pengamatan, pengklarifikasian pemecahan masalah, pembuatan hipotesis, pengabstrakan, penggeneralisasian, perefleksian, evaluasi, berfikir divergen, serta dapat berfikir kreatif dan kritis, (2) mengembangkan kualitas pribadi. Kualitas pribadi yang dimaksud adalah kreatif, mempunyai rasa ingin tahu yang besar, berani mengambil resiko. Selalu merasa tertantang untuk mengatasi masalah-masalah dalam situasi-situasi dan tugas-tugas yang sulit, mempunyai sikap menghargai diri sendiri dan orang lain, tekun, aktif, mandiri, dan mampu berpartisipasi dalam kelompok diskusi.

           Prinsip – prinsip kegiatan pembelajaran Reciprocal Teaching diatas,   merupakan turunan pembelajaran pendekatan konstruktivisme (Palinscar dan Brown, 1986:7). Pertama memberi kesempatan kepada siswa untuk mempelajari topic (membaca dan merangkum). Kedua, membantu siswa mengungkapkan idenya secara jelas dengan cara menyusun pertanyaan. Ketiga, mengklarifikasi, membangun, dan mengevaluasi ide. Keempat, mereview ide yang diungkapkan siswa, hal ini terjadi bila aplikasi pengetahuan pada situasi yang dihadapinya tidak sesuai, siswa perlu merevisinya dengan menambah atau mengubahnya menjadi lengkap, baik dilakukan secara mandiri maupun kooperatif.

Pembahasan
Metode pembelajaran timbal balik (Reciprocal teaching) adalah metode belajar melalui kegiatan mengajarkan teman. Pada motode ini, siswa mempunyai peran sebagai “ guru”. Dimana siswa ditugaskan untuk mengantikan peran guru sebagai pengajar. Sementara itu, guru guru lebih berperan sebagai model yang menjadi contoh dan fasilitator yang memberi kemudahan, motivasi dan bimbingan terhadap siswa. Prinsip metode reciprocal teaching  adalah metode pembelajaran yang menerapkan empat strategi pemahaman mandiri, yaitu menyusun pertanyaan
 ( question generating), mempredeksi ( predicting), mengklrifikasi (clarifying), dan merangkum ( summarizing) ( Paliscar dan Brown, 1986: 5).
Pembelajaran kubus dengan metode reciprocal teaching merupakan salah satu penerapan strategi pembelajaran yang memberi kesempatn kepada siswa untuk lebih aktif dalam belajar mandiri, lebih komunikatif dalam mengemukakan ide-ide dan pendapatnya, lebih kreatif dalam mengembangkan pertanyaan, memprediksi dan mengklarifikasi, serta merengkum suatu materi (Heni Taslimah, 2010).
            Pelaksanaan kegiatan pembelajaan pada penelitian ini dilakukan secara bertahap, yaitu : tahap awal, tahap inti, dan tahap akhir. Pada tahap awal, langkah yang dilakukan peneliti untuk mempersiapkan kondisi  dan mental siswa adalah dengan menyampaikan tujuan pembelajaran dan melakukan apersepsi dengan mengali pengetahuan parsyarat. Tujuan pemebelajaran disampaikan siswa untuk memberikan informasi kepada siswa tentang materi yang akan dipelajari (http:/educare.e-fkipunla.net generatet: 12 Oktober 2011, 10:58). Peneliti juga menyampaikan langka-langka pelaksanaan pembelajaran dengan metode reciprocal teaching kepada siswa untuk mengarakan proses belajar siswa, sehingga dapat dilaksanakan secara optimal.
Pembelajaran  dengn metode reciprocal teaching belum bisa dilakukan oleh guru. Siswa juga belum akrab dengan stratgi ini. Oleh karena itu, jika seseorang guru akan menerapkan pembelajaran rcipocal teaching method perlu memperkenalkannya terlebih dahulu kepada siswa. Untuk memperkenalkan reciprocal teaching method kepada siswa, guru dapat memulai dengnmemberkan informasi-informasi tentang pembelajaran dengan reciprocal teaching method.
Berikut ini adalah saran dari Palinscar 1987 (dalam Muslimin, 2007:3) tentang scenario bagaimana seseorang guru memperkanalkan metode reciprocal teaching kepada siswa. Berikut ini adalah scenarionya.


 Contoh skenario pengenalan pembelajaran metode reciprocal teaching  matei kubus kepada siswa :
Anak anak… saya lihat anda pasif dan kaku kalau guru yang menjelaskan  materi di depan kelas. Untuk pertemuan hari ini saya akan memperkenalkan suatu metode pembelajaran yang bisa membantu anda untuk meningkatkan kemampuan kalian semua dalam memahami materi. Nah.. untuk materi yang akan kita bahas adalah kubus.Biasanya kita sulit untuk mengenal suatu bangun ruang beserta unsur-unsurnya dan tidak mudah  untuk menemukan luas permukaan dan volume suatu bangun ruang. Untuk memudahkan kita memahami materi tersebut, kita akan mempelajari suatu cara agar kita dapat lebih cepat dan memahami dan memberikan perhatian tehadap apa yang kita pelajari. Saya akan mengajarkan kepada kalian semua, bagaimana strategi belajar yang efetif dan menyenangkan agar kalaian semua mudah dan memahami materi pelajaran pada saat kalian belajar. Stratetegi itu dinamakan dengan metode reciprocal teaching .
Berikut ini adalah langka-langkah metode reciprocal teaching :
a)      Memikirkan pertanyaan penting yang dapat ditanyakan dari apa yang anda pelajari.
b)      Membuat rangkuman penting dari materi yang telah anda pelajari.
c)      Memprediksi apa yang akan dibahas oleh selanjutnya .
d)      Mencatat apabila ada hal-hal yang kurang jelas  dari  materi yag telah anda pelajari
            Bagaimana cara anda mempelajari empat hal diatas?.. caranya anda menjadi guru bagi teman-teman anda dan  anda berdiri di depan kelas untuk menjelaskn materi kubus. Apabila anda menjadi guru pertama anda mengajukan pertanyaan yang telah anda buat, teman-teman anda akan menjawab. Sambil menjelaskan, anda mengiktisarkan  informasi penting yang anda peroleh. Apabila anda menemukan materi yang tidak dimengerti,maka akan ada timbale balik dan anda kembali bertanya kepada teman-teman anda.
            Diatas adalah contoh skenario pembelajaran dengan metode reciprocal teaching,  kegiatan ini dilakukan   peneliti pada pertemuan pertama sebelum siswa menggunakan metode tersebut.
Selanjutnya peneliti memasuki tahap inti. Pada tahap ini melakuan tanya jawab dengan siswa untuk mengetahui pemahaman siswa terhadap materi prasayarat. Dalam hal ini materi prasayarat yaitu kubus yang telah dipelajari di SD. Setelah yakin dengan pemahaman siswa terhadap materi prasayarat, maka selanjutnya peneliti menerapkan metode reciprocal teaching .

PERAN GURU
Peran guru selama kegiatan berlangsung adalah sebagai berikut :
1.      Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk mempresentasikan  materi di depan kelas
2.      Guru memberikan motivasi dan membimbing siswa dalam kegiatan belajar mengajar. Hal ini sesuai dengan pendapat Muslimin yang mengemukakan bahwa  dalam penerapan metode reciprocal teaching guru lebih berperan sebagai fasilitator, model yang menjadi contoh yang memberi kemudahan, memotivasi dan membimbing.
3.         Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk saling berinteraksi  dengan berbagi keterampilan, pemahaman,  dalam belajar materi kubus.
4.         Guru membimbing siswa dalam penyelesaian soal soal

Sedangkan peran siswa adalah sebagai berikut:
1.      Siswa belajar mandiri dan aktif dalam pembelajaran berlangsung
2.      Siswa harus siap mempresentasikan materi kuus di depan kelas
3.      Siswa saling berinteraksi  dengan berbagi keterampilan, pemahaman,  dalam belajar materi kubus.
4.      Aktif dalam mengerjakan soal soal
            Setelah tahap inti selesai peneliti  melanjutkan pada tahap akhir. Pada tahap ini peneliti mengevaluasi matri yang telah dijelaskn oleh siswa. Peneliti juga mengevaluasi hasil karya siswa selama pembelajaran berlangsung. Setelah itu peneliti mengadakan pos tes juga digunakan untuk mengidentifikasi kesulitan yang dihadapi siswa. Hasil tes kemudian dianalisis berdasarkan  standar ketuntasan belajar. Siswa dikatakan berhasil apabila melebihi standar ketuntasan belajar 65. Apabila ada siswa yang belum memenhi standar ketuntasan belajar maka diadakan remedial.
Berdasarkan penemuan dari peneliti maka dapat dikatakan respon siswa terhadap pembelajaran kubus dengan metode reciprocal teacing cukup baik.  metode reciprocal teaching mempengaruhi keterampilan komunikasi siswa, motivasi, dan hasil belajar siswa .
1.   Pengaruh  metode reciprocal teaching terhadap keterampilan komunikasi
     Metode belajar melalui  kegiatan yang mengajarkan teman membuat siswa  harus belajar  berkomunikasi dengan baik, ketika siswa diberi kesempatan untuk mempresentasikan materi di depan kelas maka ia harus mempersiapkan diri
2.   Pengaruh metode reciprocal teaching terhadap motivasi belajar siswa
     Pada pembelajaran dengan metode reciprocal teaching siswa dibimbing untuk aktif mencari informs informasi penting yang dilakukan  untuk menjawab pertanyaan, memprediksi, mengklarifikasi, dan merangkum materii.
3.   Pengaruh metode reciprocal teaching terhadap hasil belajar belajar kognitif siswa. Selama kegiatan belajar mengajar siswa membuat rangkuman, jadi dilatih  untuk menemukan ide ide pokok didalam  materi dan ini merupakan keterampilan penting dalam belajar.

Hasil Belajar
            Hasil belajar merupakan perubahan perilaku yang diperoleh siswa setelah mengalami aktivitas belajar. Perolehan aspek–aspek perubahan perilaku tersebut tergantung pada apa yang dipelajari oleh siswa Hasil belajar juga  merupakan suatu puncak  proses belajar (Dimyati dan Mujiono,2002:20). Sedangkan belajar itu sendiri adlah proses kognitif  yang mengubah sifat stimulus lingkungan, melewati pengolahan  informasi menjadi kapabilitas baru (Dimyati dan Mujiono, 2002 :10). Semua hasil belajar merupakan bahan yang berharga  bagi guru dan siswa.  Bagi guru  hasil belajar siswa dikelasnya  berguna untuk melakukan perbaikan  tindak mengajar dan evaluasi. Bagi siswa hasil belajar  berguna untuk memperbaiki cara cara belajar lebih lanjut. Hasil belajar dapat dipengaruhi oleh faktor intrinsik dan faktor ekstrinsik. Faktor intrinsik adalah faktor yang berasal dari dalam diri siswa yang meliputi :kematangan, cara belajar, sikap, intelektual, dan adaptasi terhadap lingkungan. Sedanglan faktor ekstrinsik adalah  faktor yang berasal dari luar diri siswa yang meliputi : bahan belajar, metode belajar, dan sarana belajar.

Hasil belajar terdiri dari tiga  ranah yaitu : ranah kognitif, ranah afektif,  dan ranah psikomotorik (Bloom dkk dalam Dimyati, 2004,26). Dalam penelitian, hasil belajar yang diukur adalah ranah kognitif. Karena ranah kognitif bersangkutan dengan kemampuan siswa dalam pengetahuan, pemahaman, penetapan, analisis, sintesis, dan evaluasi.
1.      Pengetahuan, mencakup kemampuan ingatan tentang hal yang telah dipelajari dan tersimpan dalam ingatan. Pengetahuan berkanaan dengan fakta, peristiwa, pengertian, kaidah, teori, prinsip dan metode.
2.      Pemahaman, mencakup kemampuan menangkap arti dan makna tentang hal yang dipelajari.
3.      Penerapan, mencakup kemampuan menerapkan metode dan kaidah untuk menghadapi masalah yang nayata dan baru. Misalnya menggunakan prinsip.
4.      Analisis, mencakup kemampuan merinci suatau kesatuan kedalam bagian-bagian sehingga struktur keseluruhan dapat dipahami dengan baik. Misalnya: mengurangi masalah menjadi bagian yang lebih kecil.
5.      Sintesis, mencakup kemampuan membentuk suatu pola baru. Misalnya: kemampuan menyususn suatu program kerja.
6.      Evaluasi, mencakup kemampuan membentuk pendapat tentang beberapa hal berdasarkan kriteria tertentu. Misalnya: kemampuan menilai hasil karangan.
Berdasarkan perancangan pembelajaran yang memperhatikan faktor-faktor di atas, diharapkan hasil belajar siswa akan meningkat. Guru hendaknya menyusun aktivitas menarik yang berorientasi pada keaktifan dan kreativitas siswa baik dalam belajar maupun dalam menyelesaikan masalah. Dengan demikian hasil belajar siswa akan mengalami peningkatan.

KESIMPULAN
            Melihat data-data pada bab III dan  bab IV, maka pembelajaran kubus dengan metode reciprocal teaching dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas IX SMP N 24 Malang. Peneliti dapat menyimpulkan bahwa Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang disajikan di dalam BAB IV, dapat ditarik kesimpulannya: Ada peningkatan aktivitas dan hasil belajar siswa Kelas IX SMP Negeri 24 Malang melalui model pembelajaran timbal balik (reciprocal teaching) hal ini dapat dilihat dari adanya peningkatan dari aktivitas dan hasil belajar dari siklus I ke siklus II. Aktivitas siswa pada siklus I 68,75% dan sesudah siklus II meningkat menjadi 75% sedangkan hasil belajar siswa pada siklus I diperoleh nilai rata-rata 91,72 dengan ketuntasan belajar pada siklus II meningkat, dengan nilai rata-rata 92,21.












DAFTAR RUJUKAN
Arikunto, Suharsini.2008. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta : PT Bumi Aksara
Hewitt,G.1995. Reciprocal Teaching: Toward Student Autonomy in Reading,(Online), (http://www.greenwood.html, diakses 17 April 2008)
Muslimin.2007. Reciprocal teaching Sebagai Strategi Pembelajaran, (Online), (http://www.kpicenter.org.html, diakses 22 Maret 2008)
Palinscar, A.S. 2002. Reciprocal Teaching, (Online),  (http://www.Sdcoe.us/promosing/tips/rec.html, diakses 17 April 2008)
Palinscar,A.S. & Brown, A. 1986. Reciprocal Teaching, (Online), (http://www.ncrel.org/sdrs/html, diakses 21 April 2008)

Rochiati. 2006. Metode Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya












PEMBELAJARAN KUBUS DENGAN PENDEKATAN METODE PEMBELAJARAN TIMBAL BALIK (RECIPROCAL TEACHING METHOD) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA                                                     SISWA KELAS IX DI SMP NEGERI 24 MALANG